Disusun Guna Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi II
Dosen pengampu : M. Rodli, M.Pd.I
Oleh :
Slamet Uripah (2021110025)
Mutamimah (2021110026)
Luk Luk Ulfa (2021110027)
Khayyun Nafi (2021110028)
Kelas A
TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
|
BAB I
PENDAHULUAN
Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dan berperan dalam kehidupan manusia terutama dalam hal pendidikan tanpa perantara orang tua manusia tidak akan ada dan tidak akan mengenal arti kehidupan didunia karena orang tualah yang pertama kali mengenalkan dan mengajarkan kepada manusia akan arti kehidupan.
Betapa berjasanya orang tua dalam kehidupan manusia maka sudah sepatutnya manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Bentuk berbakti kepada orang tua bisa berupa patuh dan taat pada perintahnya selama masih dalam kebaikan, bertutur kata yang sopan, menjaga nama baik orang tua dan lain sebaginya.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menerangkan perintah untuk berbakti kepada orang tua yang salah satunya surat Al-Ahqaf dan surat Al-Luqman.
Dalam makalah ini akan menerangkan surat Al-Ahqaf dan surat Al-Luqman tentang perintah berbakti kepada orang tua.
BAB II
PEMBAHASAN
- 1. Surat Al-Ahqaf ayat 15-16
$uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ $·Z»|¡ômÎ) ( çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $\döä. çm÷Gyè|Êurur $\döä. ( ¼çmè=÷Hxqur ¼çmè=»|ÁÏùur tbqèW»n=rO #·öky 4 #Ó¨Lym #sÎ) x÷n=t/ ¼çn£ä©r& x÷n=t/ur z`Ïèt/ör& ZpuZy tA$s% Éb>u ûÓÍ_ôãÎ÷rr& ÷br& tä3ô©r& y7tFyJ÷èÏR ûÓÉL©9$# |MôJyè÷Rr& ¥n?tã 4n?tãur £t$Î!ºur ÷br&ur @uHùår& $[sÎ=»|¹ çm9|Êös? ôxÎ=ô¹r&ur Í< Îû ûÓÉLÍhè ( ÎoTÎ) àMö6è? y7øs9Î) ÎoTÎ)ur z`ÏB tûüÏHÍ>ó¡ßJø9$# ÇÊÎÈ y7Í´¯»s9’ré& tûïÏ%©!$# ã@¬6s)tGtR öNåk÷]tã z`|¡ômr& $tB (#qè=ÉKtã ãur$yftGtRur `tã öNÍkÌE$t«Íhy þÎû É=»ptõ¾r& Ïp¨Ypgø:$# ( yôãur É-ôÅ_Á9$# Ï%©!$# (#qçR%x. tbrßtãqã ÇÊÏÈ
- A. Terjamah
15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.
16. Mereka Itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang Telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang Telah dijanjikan kepada mereka.
B. Asbabun Nuzul
Sementara ulama berpendapat bahwa ayat di atas turun menyangkut Sayyidina Abu Bakar r.a saat usia beliau mencapai 40 tahun. Beliau telah bersahabat dengan Nabi SAW, sejak berumur 18 tahun dan Nabi ketika itu berumur 20 tahun. Mereka sering kali berpergian bersama antara lain dalam perjalanan dagang ke Syam. Beliau memeluk Islam pada usia 38 tahun dikala Nabi baru beberapa saat mendapat wahyu pertama, dan dua tahun setelah itu Abu Bakar r.a berdo’a dengan kandungan ayat di atas. Sayyidina Abu Bakar memperoleh kehormatan dengan keIslaman ibu bapak dan anak-anaknya. Menurut al-Quthubi tidak seorang sahabat Nabipun yang ayah, ibu, anak-anak lelaki dan perempuan memeluk Islam kecuali Abu Bakar r.a.[1]
- Tafsir
Ayat 15 pada surat Al-Ahqaf memerintahkan manusia supaya berbuatbaik kepada kedua orang tua dengan kebaikan apa saja yang tidak terikat oleh persyaratan tertentu. Pesan ini dating dari pencipta manusia, dan mungkin pesan ini hanya diberikan kepada jenis manusia. Tidak diketahui dengan pasti apakah didunia burung, binatang, serangga dan selainnya ada kewajiban bahwa yang besar mesti mengasihi yang kecil. Namun menurut pengamatan, binatang hanya dibebeni tugas secara naluriah. Yaitu binatang ang besar memelihara binatang yang kecil. Hal ini berlaku pada beberapa jenis binatang saja. Maka, ayat tadi mungkin hanya berlaku bagi manusia.
Redaksi kalimat dan untaian kata-kata pada ayat itu mempersoonifikasikan penderitaan, perjuangan, keletihan dan kepenakan. “ Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. “Dia bagaikan orang sakit yang berjuang dengan dirundung kemalangan, memikul beban berat, bernafas dengan susah payah, dan tersengl-sengal. Itulah gambaran saat dia mengandung, terutama menjelang kelahiran anak. Itulah gambar perslinaan, kelahiran, dan aneka kepedihan.
Kedewasaan dicapai pada usia sekitar 30 hinggga 40 tahun. Usia 40 merupakan puncak kematangan dan kedewasaan. Pada usia ini sempurnalah segala potensi dan kekuatan, sehinggga manusia memiliki kesiapan untuk merenung dan berfikir secara tenang dan sempurna. Pada usia ini fitrah yang lurus lagi sehat mengacu pada apa yang ada dibalik kehidupan dan sesudahnya, mulai merenungkan tempat kembali dan akhirat.
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat engkau yang telah engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku.” Inilah seruan qalbu yang mersakan nikmat Tuhannya, yang memandang agung dan besar atas nikmat yang merasakan nikmat Tuhannya, yang memandang agung dan besar atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada dirinya dan orang tuanya pada masa lalu, sedang dia merasa usaha untuk mensyukurinya sangatlah minim dan kecil. Hamba tersebut memohon kepada Rabbnya kiranya dia membantu dalam menghimpun segala kekuatannya, “ Tunjukanlah kepadaku… “ Yakni, agar dia bangkit melaksanakan kewajiban bersyukur sehingga kekuatan dan himmahnya tidak terpacah kedalam berbagai kesibukan yang melupakan kewajiban yang besar ini.
“Serta supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang engkau ridha” Ini adalah permohonan lain. Dia memohon pertolongan agar mendapat taufik untuk beramal saleh sehingga dengan kesempurnaan dan kebaikan amal, dia meraih keridhaan-Nya, lalu Dia ridha kepadanya.
“Berikan kebaikan kepadaku denagn (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.” Inilah permohonan ketiga berupa keinganan hati seorang mukmin agar amal shalehnya sampai kpada keturunannnya dan agar Qalbunya merasa senang jika keturunannya beribadah kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya. Do’a itupun merupakan permohonan syafaat untuk bertaubat dan berserah diri.
Adapun sikap Tuhan kepada hamba demikian, maka dijelaskan dalam surat Al-Ahqaf ayat 16, dimana balasan itu memperhitungkan amal yang paling baik. Aneka keburukan itu diampuni dan dimaafkan. Mereka kembali kesurga bersama para penghuninya yang utama. Itulah pemenuhan janji suci yang dijanjikan kepada mereka didunia. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Itulah balasan yang melimpah, banyak dan besar.[2]
- Munasabah (Kewajiban berbuat baik kepada ibu bapak):
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah, lalu istikomah dalam beriman dan melaksanakan ibadah, akan memperoleh kebahagian surga di akherat dan kekal didalamnya sebagi balasan atas amal mereka di dunia. Pada ayat-ayat ini diterangkan perntah Allah kepada manusia agar berbuat baik kepada ibu bapaknya yang telah membesarkan dan memelihara dengan susah payah.Seoarng anak yang baik dan soleh adalah disamping ia beribadah kepada Allah, juga selalu berbakti kepada ibu bapaknya dan berdo;a kepada Allah agar keduanya selalu mendapat rahmat dan karunianya. Anak yang demikian termasuk penghuni surga.[3]
- Aspek Tarbawi
- Hendaklah berbuat baik dan sayang kepada kedua orang tua
- Hendaklah bertaubat atas segala kesalahan dengan beristighfar dan bertaubat tidak melakukannya lagi
- Hendaklah berkata yang lemah lembut dan sopan kepada orang tua
- 2. Surat Luqman ayat 13-15
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ $uZø¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷yÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ bÎ)ur #yyg»y_ #n?tã br& Íô±è@ Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ xsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur @Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé’sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
- A. Terjemah
- 13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
- Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.
- Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
B. Asbabun Nuzul
Kami tidak menemukan asbabun nuzulnya.
C. Tafsir
Ayat di atas merupakan nasihat Lukman kepada anaknya. Lukman melarang anaknya dari berbuat syirik, dia memberikan alasan atas larangan tersebut bahwa kemusyrikan itu adalah kazaliman. Pernyataan Lukman tentang hakikat ini di perkuat dengan dua tekanan. Pertama, mengawalinya dengan larangan berbuat syirik dan alasannya. Kedua, dengan huruf inna “sesungguhnya” dan huruf la “benar-benar”.
Nasihat seorang ayah kepada anaknya adalah bebas dari segala syubhat dan jauh dari segala prasangka. Sesungguhnya perkara tauhid dan larangan berbuat syirik merupakan perkara lama yang selalu di serukan oleh orang-orang yang di anugrahkan oleh Allah diantara manusia. Tidak ada kehendak lain di baliknya melainkan kebaikan semata-mata, dan sama sekali tidak menghendaki selain yang demikian. Inilah pengaruh jiwa yang di maksudkan dalam ayat di atas. “… Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lamah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun… “.
Ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat. Seorang ibu dengn tabiatnya harus menaggung beban yang amat berat dan lebih kompleks. Namun, luar biasa, ia tetap menganggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut dan halus. Walapun satu tarikan nafas dalam proses kehamilan dan kelahirannya, tetap tidak dapat di balasoleh seorang anak. Pasalnya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah.
Dari sela-sela nuansa gambaran yang di liputi dengan kasih sayang itu, Al- Qur’an mengarahkan agar bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama. Kemudian berterima kasih kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat itu pada urutan berikutnya. Al-Qur’an menggambarkan urutan kewajiban-kewajiban. Jadi, yang pertama bersyukur kepada Allah kemudian berterima kasih kepada orang tua. “Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…”
Hingga bila orang tua menyentuh titik syirik ini, jatuhlah kewajiban taat kepadanya, dan ikatan aqidah harus mengalahkan dan mendominasi segala ikatan lainnya. Walaupun kedua orang tua telah mengeluarkan segala upaya, usaha, tenaga, pandangan yang memuaskan untuk menggoda anaknya agar menyukutukan Allah dimana ia tidak mengetahui tentang ketuhanannya (dan setiap yang disembah selain Allah pasti tidak memiliki sifat ketuhanan, karena itu camkanlah), maka pada saat itu anak diperintahkan agar jangan taat. Dan perintah itu berasal dari Allah sebagai pemilik hak pertama dalam ketaatan. Namun, perbedaan aqidah dan perintah dari Allah agar tidak taat kepada orang tua dalam perkara yang melanggar aqidah, tidaklah menjatuhkan hak kedua orang tua dalam bermuamalah dengan baik dan menjalin hubungan yang memuliakan mereka.
Surat Luqman ayat 15 berisi bahwa Allah menyuruh supaya berbuat baik kepada ibu bapak dan menurut apa-apa perintahnya, tetapi jika keduanya menyuruh kamu, supaya kafir (mempersekutukan) Allah, maka janganlah turuti perintahnya itu. Dalam pada itu hendaklah kamu bergaul dengan dia menurutnya patutnya juga, dan tidak boleh kamu memusuhinya atau durhaka kepadanya. Pendeknya perkataan ibu, bapak itu wajib untuk dituruti, selama tidak melanggar peraturan agama Islam.
D. Munasabah
Nasehat lukman kepada anaknya (ayat 12-19) pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Allah telah menciptakan langit, gunung-gunung dan bintang-bintang, serta menurunkan hujan yang dengannya tumbuh berbagai macam tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu merupakan nikmat nyata yang dilimpakan Allah untuk manusia. Pada ayat berikut ini diterangkan nikmat-nikmat Allah yang tidak tampak, berupa hamba-hamba-Nya yang memiliki ilmu, hikmah, dan kebijaksanaan seperti Lukman. Dengan pengetahuan itu, ia telah sampai kepada kepercayaan yang benar dan budi pekerti yang mulia, tanpa adanya Nabi yang menyampaikan dakwah kepadanya. Oleh lukman kepercayaan dan budi pekerti yang mulia itu diajrkan kepada putranya agar menjadi hamba yang soleh dimuka bumi.[4]
- Aspek Tarbawi
- Larangan berbuat syirik atau menyekutukan Allah, karena kemusyrikan itu adalah kezaliman yang besar
- Hendaklah bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama, kemudian berterima kasih kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat itu pada urutan berikutnya.
- Jika kedua orang tua memaksa untuk menyekutukan Allah maka janganlah menuruti perintahnya.
- Hendaklah bergaul kepada orang tua dan tidak boleh memusuhi atau durhaka kepadanya.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpualn bahwa manusia diperintahkan untuk selalu berbakti dan berbuat baik kepada orang tua dalam hal kebaikan. Selain itu manusia juga diperintahkan untuk tidak menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah merupakan suatu kezaliman yang besar, sebagaimana telah diperintahkan oleh Allah kepada Luqman terhadap anaknya saat ia memberi pelajaran.
Dan juga manusia harus selalu berterima kasih kepada orang tua dan selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah dikaruniakan kepada mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Quthb, Sayyid. 2004.Tafsir Fi Zhalali qur’an jilid 10 (Jakarta : Gema Insani)
Depag RI, Al-Qur’an Bayan. 2009 (Depok : Al-Qur’an Terkemuka)
[1] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhalali qur’an, jilid 10 (Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 320
[2] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhalali qur’an, jilid 10 (Jakarta : Gema Insani, 2004), hlm. 320-321
[3] Depag RI, Al-Qur’an Bayan, , (Depok : Al-Qur’an Terkemuka 2009) hlm. 504
[4] Depag RI, Al-Qur’an Bayan, , (Depok : Al-Qur’an Terkemuka, 2009) hlm. 412